Antara dunia maya, media sosial dan fakta di lapangan kadang kala bisa sama, sering pula terjadi perbedaan, yang semuanya bisa membingungkan orang waras. Mereka akan cek dan ricek, namun ada pula yang dengan ringan tangan menyebar hoax ke seluruh group WA, facebook, twitter atau lainnya.
Hoax bukan hanya terjadi saat ada peristiwa politik seperti Pilkada atau Pilpres, juga terjadi saat ada tragedi global, di kala sebagian besar warga dunia stress dan ketakutan pada virus Covid-19 yang terkenal dengan sebutan Novel Corona, begitu pula di Indonesia. Di tengah rasa cemas akan tertular dan bisa terancam menjadi miskin karena isu lock down, ternyata ada pihak yang membuat hoax di dunia nyata dengan memasang spanduk bernuansa rasis. Babi pun terpaksa menerima nasib pahit karena dihina sebagai sumber Covid-19. Karena itulah Rudi S. Kamri sangat prihatin dan menuangkan isi hatinya pada time line akun facebooknya. Sambil tetap waras, ayo kita simak tulisan Rudi S. Kamri, seorang pemerhati sosial dan politik yang juga senang nyeruput kopi seperti Denny Siregar ini. Kebodohan Rasis yang Menyesatkan, Terstruktur, Sistematis dan Masif Oleh: Rudi S Kamri
Sejak kapan Covid-19 ditularkan dari babi? Mari kita tanya pada yang membuat spanduk informasi menyesatkan yang banyak bertebaran di Jakarta. Di tangan dan otak kaum kadruniyah yang rasis, babi telah berubah jadi kambing hitam. Dalam kondisi darurat penyebaran virus corona, masih saja beredar informasi publik yang rasis dan menyesatkan. Dan ini terjadi di Jakarta, ibukota negara !!!
Mungkin spanduk ini bukan dibuat resmi oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta tapi seharusnya aparat keamanan dan aparat kecamatan atau kelurahan di DKI Jakarta tanggap terhadap hal-hal seperti ini. Kalau informasi menyesatkan seperti ini dibiarkan akan menjadi pembodohan secara berjamaah yang dilakukan oleh aparatur negara.
Bukan hanya sumber penularannya yang salah, tapi arah anak panah dari informasi tersebut juga salah. Saya menduga keras ada kesengajaan dari pembuatan spanduk informasi ini. Jejak rasisme Pilkada DKI Jakarta masih membekas kuat di hati dan otak sebagian warga Jakarta. Pembelahan masyarakat ini akan tetap ada sepanjang masa karena mendapat dukungan dari narasi rasis yang dibangun oleh Gubernurnya.
Kita tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi berkelanjutan. Kita harus lawan dan kencang kita suarakan penolakan. Karena akan menjadi virus epidemik yang permanen di hati rakyat dan generasi berikutnya. Rasa fanatisme keagamaan telah membuat mereka jadi jauh tersesat dan berjalan ke jalan yang salah.
Covid-19 itu harusnya DITANGGULANGI bukan malah DITUNGGANGI dengan kepentingan politik atau rasisme. Langkah-langkah kontra produktif yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta telah membuat penyebaran Covid-19 menjadi tidak terkendali. Dan ini diikuti oleh sebagian pendukungnya sehingga memunculkan virus baru di masyarakat Jakarta yaitu kebodohan yang terstruktur, sistematis dan masif.
Melawan penyebaran Covid-19 harusnya dengan akal sehat dan hati yang bersih bukan dengan nafsu dan niat rasisme. Ini PR besar bangsa ini. Kebersamaan dan solidaritas sosial kita tercabik-cabik oleh nafsu berkuasa yang tidak ukur diri dari beberapa gelintir orang yang dengan sengaja menyebarkan virus rasisme dan kebodohan. Yang mengenaskan agama di tangan orang sesat menjadi pedang yang telah digunakan untuk membunuh rasa kemanusiaan dan akal sehat. Ini hanya terjadi di Jakarta, Cuk !!!
(Mudah-mudahan warga daerah lain tidak tertular wabah virus kebodohan dan rasisme berjamaah)
Salam Indonesia Sehat 19032020
Apa pendapat anda setelah membaca kegalauan dan harapan Rudi S. Kamri di atas?
0 Comments
Leave a Reply. |
|