Usulan agar Jokowi bukan 2 periode bahkan lebih dari 3 periode sebenarnya bukan hal baru. Di saat hebohnya Pilpres 2019 yang lalu sudah banyak orang yang menyebut hal ini. Karena ini usulan orang awam tentu tidak mendapat respon semestinya dari para elite politik, bahkan tidak ada reaksi dari para pengamat politik yang biasa dimintai komentarnya oleh televisi dan media lainnya.
Namun, ketika Surya Paloh sang raja media dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NASDEM) mendukung untuk mengamandemen pasal 7 Undang-undang Dasar 1945, maka akan direspon oleh para elite politik, pengamat sosial politik maupun warga, baik yang pro maupun kontra.
Ada hal menarik jika membaca kutipan pada jakartaglobe.id sebagaimana tersebut di bawah ini: Media magnate and top politician Surya Paloh said he was open to the possibility of amending the 1945 Constitution so that President Joko "Jokowi" Widodo can be elected for a third time.
Pelukan antara Surya Paloh dengan Presiden PKS yang sempat heboh di media (gelora.co). Pada image kanan Ketika Surya Paloh Ketua Umum Nasdem memeluk Presiden Ir. Joko Widodo (jakartaglobe.id). Apa makna maknanya?
Lebih lanjut media jakartaglobe.id yang tayang pada 16 November 2019 (Heru Adriyanto) mengungkap sebagai berikut:
However, the chairman of the National Democratic Party (NasDem), told BeritaSatu TV's Claudius Boekan that the presidential term limit was not a rigid article in the Constitution and could be amended. "To be honest, if all political parties agree with [the amendment], then why should I disagree?" Surya said in the interview, aired on Friday night. "Everything can be re-evaluated depending on changes and needs of the present situation. The 1945 Constitution has gone through four amendments [already], there should be nothing wrong with another one or two," Surya said.
Surya Paloh sebagaimana disebutkan pada laman jakartaglobe.id itu juga memuji Jokowi sebagai "humble leader" who has barely changed after rising through the ranks from being the mayor of Solo, Central Java, to governor of Jakarta and then to the presidency.
Karir politik Jokowi memang menarik dan paling lengkap dalam sejarah Indonesia, bahkan termasuk langka di dunia termasuk dalam CV seorang presiden Amerika Serikat sekalipun. Sebagai wong deso, Jokowi menapak karir politik dari kader biasa PDIP lalu menjadi wali kota Solo, sebuah kota kecil di Jawa Tengah dan mendapat dukungan besar ketika dicalonkan sebagai gubernur DKI Jakarta oleh PDIP dan Partai Gerindra. Puncaknya adalah pada 2014 Jokowi dengan gemilang memenangkan Pilpres, dan terpilih kembali pada 2019 sampai masa bakti 2024.
Kalau ada dukungan secara politik oleh seorang tokoh terkenal seperti Surya Paloh, bagaimana dengan warga biasa dan seorang Raja Minyak dari Medan? Semua itu terungkap pada video berikut ini:
Silahkan saksikan video ini.
Bagaimana pendapat anda setelah membaca artikel dan menyaksikan video tersebut? Apakah anda mendukung atau menolak gagasan #Jokowi3Periode atau tetap #Jokowi2Periode saja?
Silahkan sampaikan komentar anda pada kolom di bawah ini.
3 Comments
yang bukan saja mempesona para kolektor, melainkan juga masyarakat global sejak dahulu kala.
Jika kita ke luar negeri terutama di beberapa negara Eropa atau Amerika, kita akan menemukan karya Wastra dari Nusantara dipajang dengan indah di museum terkenal di negeri Barat. Kalau akhirnya Batik mendapat pengakuan resmi dari PBB sebagai karya unik asli dari Indonesia, dan kita pun berbangga hati menerima penghargaan maha tinggi tersebut.
Sekali lagi, Rudi S. Kamri secara kritis melihat sisi lain dari warisan agung peninggalan berbagai kerajaan Nusantara maupun karya rakyat jelata di negeri ini sebagaimana dapat kita baca pada tulisan ini. Pada artikel ini, kita pun akan menyaksikan bagaimana aksi Kridha Dhari Indonesia, sebuah komunitas yang terdiri dari orang-orang yang sangat mencintai negeri ini dengan berbagai kegiatannya untuk melestarikan karya anak bangsa, khususnya tekstil atau busana asli Nusantara pada rangkaian foto maupun sebuah video wawancara unik, bahkan ada pernyataan Ruhut P. Sitompul, Raja Minyak dari Medan, sang pengacara dan politisi terkenal itu.
*KRIDHA DHARI PENJAGA BUDAYA DAN TRADISI NEGERI*
Oleh : *Rudi S Kamri* Ada seorang putri berbusana nuansa kuning menapak perlahan di pelataran Candi Boko. Cantik mempesona, anggun menyapa dunia. Karya wastra nusantara hasil perupa busana ULUPI HASTUTI sang maestro Indonesian Eco Print semakin elok dipandang mata saat sahabat saya Miranti Serad dan kawan- kawan berjalan gemulai dengan selendang berjuntai tertiup bayu di sungkup tapak Candi Boko yang wingit penuh misteri. Ada rona jejak alam yang dicoba dipahatkan oleh Sang Maestro Pipie (panggilan sayang Ulupi Hastuti) ke langit Nusantara. Kuning tembaga dan rona langit biru adalah paduan nuansa alami Ibu Pertiwi. Ini adalah Kridha (kiprah) para bidaDhari (perempuan) Indonesia yang sedang berupaya keras membentengi negeri ini dari gempuran budaya asing baik busana barat dan budaya Arab yang miskin keindahan.
"Pelestarian budaya dalam konteks adi busana Nusantara bukan hanya sekedar melestarikan hasil karya wastra peninggalan leluhur kita, tapi generasi kita juga harus membuat jejak sejarah berkarya dengan memanfaatkan potensi alam yang melimpah di depan kita. Itu yang sedang dibangun oleh Ibu Ulupi Hastuti melalui karya-karyanya dalam Indonesian Eco Print ini", kata Miranti Serad.
Dan saya setuju dengan pandangan perempuan paruh baya yang seakan tidak pernah menua itu. Pelestarian budaya peninggalan leluhur adalah tugas sejarah kita namun seyogyanya generasi kita juga meninggalkan jejak monumen karya budaya untuk generasi setelah kita.
Rudi S. Kamri & Chilla di Indonesia keren, fotografer yang mengabadikan kegiatan Kridha Dhari. Nampak pula Ruhut S. Sitompul yang ternyata pembina & pemerhati budaya berbincang serius dengan Dhani Dahlan, designer, pengusaha wastra yang menjadi pembicara di acara Street Gallery PIM, Jakarta (Image: New Inspiration Channel)
Founder dan CEO Komunitas Kridha Dhari Indonesia, Estevina Prescilla punya pandangan senada. Bahkan kiprah Komunitas Kridha Dhari yang merupakan penggagas pertama gerakan budaya Selasa Berkebaya dan Kamis Nusantara itu juga mulai bergerak ke seluruh penjuru Nusantara untuk menginisiasi aksi cinta dan bangga budaya bangsa kepada semua kalangan di negeri ini.
"Pelestarian budaya peninggalan leluhur adalah tugas dan kewajiban sejarah kita sebagai anak bangsa. Dan ini yang sedang kami upayakan untuk dimengerti semua pihak para pemangku kepentingan di negeri ini. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?", ujar perempuan Kawanua kelahiran Jakarta yang akrab dipanggil Cilla, berapi-api.
Begitu masif gerakan masyarakat untuk melestarikan budaya bangsa, lalu bagaimana dengan respons Pemerintah ? Melalui kerja keras Direktur Jenderal Kebudayaannya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid, jejak pencatatan kaligrafi budaya Indonesia khususnya permuseuman sudah rancak dilakukan selama ini. Tapi menurut saya kerja keras Hilmar Farid belum cukup. Harus didukung oleh pihak lain.
Pemerintahan Jokowi Jilid Satu telah gagal total memilih Menteri Koperasi dan UKM. Tidak ada jejak kerja Puspa Yoga dalam meningkatkan kinerja UMKM kita khususnya di bidang karya wastra nusantara. Apakah jejak kegagalan akan berulang saat Kementerian tersebut digawangi oleh Teten Masduki ? Saya tidak tahu. Meskipun saya secara pribadi tidak yakin dengan kapasitas seorang Teten yang pragmatis, tapi saya tetap menaruh harapan agar dia mampu bekerja melindungi dan mengembangkan UMKM dunia wastra kita yang berserak di seluruh penjuru Nusantara.
Kegiatan Indonesia Keren dan Kridha Dhari Indonesia (Image: New Inspiration Channel)
Dan, gemulai selendang Miranti tetap berayun di langit ke seluruh penjuru negeri. Mudah- mudahan usaha keras para bidadari negeri seperti Ulupi Hastuti, Miranti Serad, Estevina Prescilla, Dhanny Dahlan, Linda Herlinda dan lain-lain tidak hanya bergema di ruang hampa. Semoga.
Sebelum kita menyebarkan artikel menarik ini ke berbagai penjuru dunia, ayo kita saksikan video berikut tentang bagaimana komentar Ruhut S. Sitompul dan Aci Suzzana dari Kridha Dhari yang juga merupakan bagian dari aksi Kamis Nusantara.
|
|