Panggung politik dunia pasti heboh kalau ada Pemilihan Umum Presiden di United States of America yang terkenal dengan musik, games dan film produksi Hollywood. Maklumlah para presiden Amerika Serikat sering lebih ngetop daripada bintang film. Entah terkenal karena dia punya karisma seperti Barack Obama, John F. Kennedy atau Rondald Reagan, yang mantan aktor film Coboy itu.
Namun berbeda dengan sistem pemilu presiden di Indonesia, Australia, Inggris atau India yang akan cepat bisa diumumkan setelah penghitungan suara selesai, ternyata di negerinya Angelina Jolie tidak seperti itu caranya. Kenapa begitu?
Berbeda dengan warga Indonesia yang suaranya dinilai one man one vote, artinya setiap suara pasti mempengaruhi kemenangan calon Presiden. Jika sudah diketahui siapa capres Indonesia yang memenuhi syarat meraih suara terbanyak, maka dia lah sang pemenang. Tentu kalau pihak yang kalah ngambek dan tidak terima dengan hasil suara yang telah dihitung resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sistem one man one vote tidak berlaku di Amerika Serikat termasuk pada Pilpres 2020 ini. Sebagaimana dilaporkan oleh kumparan.com (4/11/2020) Warga AS sebenarnya tak memilih secara langsung presiden namun memilih para electors. Sistem ini yang dikenal sebagai electoral college. Kalau dibandingkan pemilu di Nusantara, maka sistem di Indonesia jauh lebih pas kalau disebut sebagai Pilpres yang menganut demokrasi langsung secara penuh, ya karena one man one vote bukan dengan sistem electoral college.
Agar bisa resmi berkantor dan tinggal selama empat tahun di Gedung Putih, Trump dan Biden pun minimal harus mengantongi 270 suara electors untuk bisa duduk di Gedung Putih dari total 538 suara.
Kemungkinan ditunda mungkin akan besar apalagi sang incumbent berulang kali menuding pemilihan melalui pos akan menyebabkan kecurangan yang meluas, meski sejauh ini belum ada bukti dari tudingan ini. Kumparan.com juga melaporkan Donald Trump yang terkenal dengan ujaran "you're fired" ini sudah mengisyaratkan kemungkinan hasil pemilu kali ini harus diselesaikan oleh Mahkamah Agung.
Penundaan yang akan membuat warga AS dan dunia harap-harap cemas adalah kalau salah satu calon tak segera mengumumkan kemenangan, begitu pula kalau lawannya tidak segera mengakui kemenangan lawannya dan mengumumkan kekalahan.
Jika ini terjadi, maka akan terjadi sengketa pemilu dan menjadi tugas Mahkamah Agung (Supreme Court) untuk menyelesaikan gugatan pihak yang merasa dirugikan pada Pilpres Amerika 2020 ini. Lumayan ribet ya?
Sambil menyeruput kopi saat stay at home atau working from home, yuk simak tayangan yang terkait Pilpres di Amerika ini.
Apakah anda sependapat dengan para nara sumber?
0 Comments
Leave a Reply. |
|