Para pendiri bangsa (founding fathers) sangat visioner terutama jika dikaitkan dengan keberagaman yang sangat kaya di Nusantara, yang kemudian bernama Indonesia. Keberagaman itu terutama karena kita memiliki suku bangsa, adat, budaya, bahasa, agama dan keyakinan yang berbeda-beda. Bapak dan ibu pendiri bangsa juga memiliki ingatan sejarah yang sangat kuat, bahwa di era sebelum Hindu & Budha keberagaman itu merupakan bagian dari alam pikiran, yang merupakan kenyataan di Nusantara.
Pentingnya persatuan dalam perbedaan mendapat kekuatan yang akhirnya berlanjut sebelum ada nama Indonesia, dimana para raja Nusantara mengikat tali persatuan itu dengan Bhineka Tunggal Ika. Rangkaian tiga kata ini kemudian dipilih oleh para founding fathers sebagai alat untuk mempersatukan Indonesia yang sangat majemuk. Terbukti dunia pun mengakuinya.
Ucapan Bung Karno yang terbukti: Janganlah mencari "jalan sulit" (nasionalisme.co). Bung Karno dan Bung Hatta bersama Kabinet Natsir pada saat Indonesia baru berdiri sebagai NKRI. (swaranews.co.id)
Namun, dengan berjalannya waktu ternyata bangsa Indonesia mengalami banyak cobaan yang merongrong nilai-nilai luhur persatuan yang sesungguhnya memiliki sejarah sangat panjang, bukan hanya dihitung dari 1 Juni 1945, melainkan jauh berabad-abad yang lalu.
Demi kepentingan politik dan alasan ideologi tertentu Pancasila direduksi, bahkan ada niat untuk dihilangkan dan diganti dengan faham atau ideologi lain yang tidak sesuai dengan visi dan misi yang dikumandangkan oleh para pendiri bangsa dalam Pancasila dan dikuatkan dalam buku konstitusi, Undang-undang Dasar 1945.
TETAP INDONESIA DALAM UNTAIAN INDAH PANCASILA
Sudah saatnya kita kembali belajar sejarah dalam arti sebenarnya, bukan hanya membaca fakta dalam bentuk tanggal, tahun dan batu prasasti belaka, namun melihat lebih dalam makna dan tujuan kita menjadi Indonesia dalam keberagaman adat istiadat, seni budaya, bahasa, suku bangsa, etnis, agama serta berbagai aliran kepercayaan yang memang sudah lama ada di negeri khatulistiwa ini.
Jika para pendiri bangsa telah memberikan "jalan mudah" yang diwariskan untuk kita untuk menjadi bangsa yang besar dan disegani serta dihormati bangsa lain, maka untuk Tetap Indonesia adalah tetap mempertahankan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam wadah NKRI yang berdasarkan UUD 1945. Tidak perlu lagi mencari "jalan sulit" untuk menjadi Indonesia sejati.
Pancasila bukan hanya untuk dihapal dan diperingati setiap 1 Juni, melainkan untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap warga apapun profesinya, terutama oleh para elite politik, para pejabat, ASN, TNI dan Polri, dan siapapun yang hidup di negeri ini.
Sejak 1998 Indonesia telah memilih jalan demokrasi langsung dan Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika sebagai garis pengamannya, sehingga kita tetap sejati sebagai bangsa Indonesia yang konon terkenal ramah, berbudaya, beradab dan mempunyai semangat gotong royong. Itu saja, tidak perlu mencari "jalan sulit" dengan ideologi lain.
Apabila kita tetap normal sebagai bangsa Indonesia yang berdasarkan ideologi asli Pancasila, maka pihak asing yang ingin menggoda atau mengganggu persatuan dan kesatuan kita tidak akan pernah berhasil.
Laksanakan saja 'jalan mudah" yang telah diciptakan dengan perenungan mendalam oleh para pendiri bangsa kita supaya Indonesia segera adil makmur dan bahagia di era kini dan masa depan.
Selamat memperingati 1 Juni lahirnya Pancasila.
0 Comments
Leave a Reply. |
|