Sebuah rumah di Kampung Babakanpari, Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Rumah itu diduga sebagai markas King of The King. Menurut laporan today.line.me (31/01/2020) di dinding salah satu sudut rumah milik seorang warga berinisial H ini terpasang spanduk bergambar lambang serta bertuliskan King of The King MH 101 NST. H juga diduga menjadi pemimpin kelompok tersebut.
Erry Erstanto, Camat Cidahu mengatakan saat ini unsur Muspika sedang menyelidiki soal kehadiran kelompok King Of The King di wilayahnya. Erry menuturkan kabar keberadaan kelompok ini mulai mencuat pada Kamis (30/1/2020) sore. Pemimpin King of The King bernama Moch Harzanto (sebelumnya diinisialkan H) ogah disebut pemimpin. Lelaki tersebut lebih senang disebut sebagai leader dari kelompok King of The King.
Menurut Harzanto, (jabar.suara.com) King Of The King lahir atas dasar perjanjian keuangan internasional Green Hilton Tahun 1963. Dalam perjanjian tersebut, diterbitkan dua sertifikat berbahan kulit bernama 42 dan 45. Sertifikat itu juga terkenal sebagai rekening negara atau rekening presiden pertama RI Sukarno, dengan nomor rekening 080264.
Yang mengejutkan adalah ketika Harzanto menyatakan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi pernah memakai rekening tersebut. "Bahkan Pak Jokowi pada tahun 2016 sempat menggunakan dan semua perjalanan negara ini menggunakan rekening yang 42, sementara yang 45 belum dipakai, masih ori (orisinal)," kata Harzanto kepada Sukabumiupdate.com jaringan Suara.com di rumahnya, Jumat (31/1/2020). Tentu pernyataan ini sulit untuk dipercaya.
Lebih lanjut Harzanto mengklaim dirinya sebagai generasi penerus yang dipercaya leluhur untuk melanjutkannya. "Saya mohon ini tidak terjadi sebuah fitnah. Saya berjalan sesuai de facto dan de jure. Karena dasar sertifikat ini dilandasi oleh sertifikat yang namanya 1313.”
Kasus ini memang unik seperti halnya kisah lainnya seperti Sunda Empire, Negara Rakyat Nusantara, Keraton Agung Sejagat, Kesultanan Selaco, dan sebagainya. Semuanya menimbulkan kehebohan di berbagai media, juga perbincangan di hampir semua kalangan. Misalnya Petinggi King of the King mengaku bisa melunasi semua hutang negara Indonesia.
Semua kelompok ini punya kesamaan dalam "memasarkan" ilusi kerajaan palsu dan kisah rekayasa lainnya. Mereka sangat pandai mengolah kata-kata, gestur, simbol-simbol, bahkan "mampu" menunjukkan sertifikat tentang harta karun, pusaka, istana, dan sebagainya.
Kalau ada yang berminat masuk sebagai anggota kerajaan seperti Sunda Empire, maka ada mahar yang harus diserahkan selain syarat lainnya.
Pada era digital ini kok masih ada yang terpesona dengan "keagungan" masa lalu yang palsu. Banyak sudut yang bisa dikorek dari berbagai kasus ini. Ada banyak disipilin ilmu yang bisa menganalisanya seperti psikologi, politik, sejarah, bahkan jika ditelisik dari sisi keamanan negara maupun ketenteraman hati masyarakat.
Warga pun punya analisanya masing-masing sebagaimana muncul pada tayangan ini, yang juga menarik untuk ditelaah.
Apakah anda sependapat dengan pendapat nara sumber pada tayangan tersebut?
Indonesia yang jaman dahulu dikenal sebagai Nusantara memang unik dan memiliki berbagai kisah sejarah, mitos dan sebagainya. Semua itu menarik untuk menjadi alasan kita untuk bangga sebagai bangsa Indonesia, namun ada juga pihak tertentu yang menggunakan pesona masa lalu untuk kepentingan tertentu, entah itu politik, ingin cepat kaya, ingin tampil sebagai bangsawan dadakan, dan sebagainya. Pada akhirnya banyak orang yang dirugikan secara materi maupun psikologis. Enough is enough lah.
0 Comments
Leave a Reply. |
|