Kenangan seseorang ada yang indah, mengesankan, menyenangkan, mengharukan, menyedihkan maupun menyebalkan. Bagi sebuah bangsa ada kenangan kolektif, baik yang diketahui dari buku sejarah maupun yang dialami langsung, bahkan menjadi bagian dari sejarah itu sendiri.
Indonesia tentu tidak lupa pada Bung Karno, Suharto, Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX, Bung Tomo, Kartini, dan tokoh lainnya, baik pahlawan nasional maupun tokoh di daerah masing-masing. Mereka telah menjadi kenangan kolektif atas berbagai peristiwa yang terjadi pada saat mereka berkiprah dalam berbagai peristiwa bersejarah, dan kisah unik di balik mereka sebagai manusia biasa.
Jika menengok ke belakang kondisi Indonesia dari "Jaman Now" sampai beberapa tahun lalu, katakanlah sejak peristiwa reformasi yang membuat Presiden Suharto mundur dari tahta kepresidenannya selama 32 tahun, maka warga Indonesia telah menikmati pahit manisnya berbagai peristiwa bernuansa politik, budaya, ekonomi dan sosial, bahkan emosi sampai ke pribadi serta dirasakan di hati masyarakat.
Jendral Suharto & Presiden Sukarno (bbc.com). Presiden Jokowi diapit oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok alias BTP dan Anies Baswedan (seword.com)
Gegap gempita, euforia dan kegelisahan sosial politik serta budaya sejak 1998 sampai 2019 memang sulit untuk dilupakan. Banyak peristiwa yang terjadi seperti terbongkarnya berbagai kasus yang berkaitan dengan suap, korupsi, mafia migas, krisis ekonomi, guncangan budaya dan sosial.
Bahkan politik identitas sangat kuat rasanya terutama pada saat Pilkada maupun Pilpres. Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila sepertinya hanya menjadi bayangan semu. Persatuan Indonesia dalam keberagaman bagaikan oase yang sangat sulit ditemukan dalam kehidupan nyata.
Kemenangan dalam kontes politik seakan-akan "wajib" harus dimenangkan meskipun harus mengandalkan cara-cara melanggar etika, bahkan ada intimidasi halus namun menusuk kalbu, sehingga ada ketakutan dalam komunitas tertentu di gang-gang, kampung, bahkan masuk ke ruang keluarga, yang membuat persaudaraan serta persahabatan menjadi renggang.
Mungkin warga Jakarta sebagian belum "move on" ketika Ahok harus masuk "Sekolah Kehidupan" selama dua tahun di Mako Brimob. Apakah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang belakangan ini lebih senang dipanggil BTP itu seorang korban politik atau berkah tersembunyi untuk Jakarta, bahkan Indonesia, dimana Ahok dianggap telah membuka kotak pandora dalam transparansi, keterbukaan anggaran (APBD), birokrasi yang lamban dan malas, juga mengingatkan bahayanya pungli dan tentu saja korupsi serta pentingnya pelayanan untuk warga oleh para birokrat, ASN, Lurah, Camat, Walikota juga Gubernur.
Meskipun Jakarta telah dipimpin oleh Anies Baswedan, bahkan Ahok telah menjadi Komisaris Pertamina, yang ditantang Presiden Jokowi untuk membenahi BUMN besar itu dari ganasnya mafia migas, korupsi dan kolusi, bahkan Presiden menegaskan kepada BTP tentang pentingnya membangun kilang minyak.
Terlepas dari itu semua, barangkali video ini menarik untuk disimak tentang kenangan warga terhadap Ahok, dan bagaimana akhir video ini yang menarik diingat untuk masa mendatang bagi Indonesia.
Apa kesan anda tentang artikel dan video tersebut?
Jika anda punya opini dan ingin curhat, silahkan tuliskan pada kolom di bawah ini.
Apakah anda siap menghadapi tantangan & peluang baru pada 2020 dan selanjutnya?
0 Comments
Leave a Reply. |
|