Oktober 2018 ini, pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama Jusuf Kalla telah berlangsung 4 tahun dengan segala dinamikanya. Ada gejolak besar di awal mereka memulai pemerintahan - tantangan besar di parlemen. Pada tahun ke empat ini, Jokowi juga mendapat ujian berupa bencana alam di NTB dan Sulawesi Tengah.
Dengan jargon "Kerja Kerja Kerja", Jokowi bersikukuh untuk membangun infrastruktur di daerah tertinggal (ditinggal oleh rezim sebelumnya) seperti di Papua, Kalimantan, Sumatera, NTT, Sulawesi dan Malukul. Isu hutang pun mewarnai debat di media, baik oleh elite politik, pengamat dan para ekonom.
Jokowi bersama Ahok di proyek MRT yang 28 tahun ditunda (kompasiana.com). Membangun kincir angin untuk energi terbarukan Desa Mattirotasi, Sidrap, Sulsel (bisnis.tempo.co)
Jokowi dan JK sepertinya tidak peduli dengan segala "gunjingan" di medsos, kritik di parlemen yang enggan memberi solusi, sehingga sering disebut sebagai "nyinyir". Menjadi Presiden di jaman now memang tidak mudah karena parlemen bergaya seperti sistem parlementer, namun miskin solusi, bahkan undang-undang sangat sedikit yang dihasilkan karena di awal mereka duduk di Senayan lebih banyak diramaikan dengan rebutan posisi sampai kasus korupsi, etika - misalnya papa minta saham - ruang sidang yang sepi karena banyak yang bolos atau setelah tanda tangan para wakil rakyat itu "emoh" menghadiri sidang.
Proyek Mangkrak
Jokowi mungkin terlalu kalem dan tidak langsung bereaksi ketika ada kritikan dari oposisi. Namun Jokowi punya gaya unik. Cukup dengan mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung, Jokowi didampingi menteri terkait, mantan walikota Solo ini melakukan "kunjungan" tanpa komentar ke proyek mangkrak, entah yang diakibatkan kasus korupsi atau akibat krisis ekonomi di masa lalu.
Dari beberapa proyek mangkrak itu ada yang akhirnya dilanjutkan oleh pemerintahan Jokowi, ada juga yang masih ditunda. Jokowi lebih mengutamakan proyek jalan tol, jembatan, bendungan, pelabuhan, airport atau proyek lain yang nantinya akan berkaitan dengan jalur distribusi barang, orang dan jasa. Kenapa? Alasan Jokowi yang sering jadi trend setter di kalangan generasi milenial ini adalah karena infrastruktur harus segera terintegrasi, sehingga transportasi darat, laut dan udara serta sarana pendukungnya bisa lancar. Biaya ekonomi tinggi dalam proses distribusi di masa lalu bisa ditekan. Dalam waktu dekat semua daerah yang jalur distribusinya tersumbat pada puluhan tahun lalu bisa berkontribusi untuk semua lapisan masyarakat, bukan hanya pabrik besar atau para konnglomerat saja. Para petani pun lebih mudah dan cepat untuk menjual hasil bumi.
Bukan hanya infrastruktur yang bersifat fisik saja yang digenjot, Jokowi pun membangun jiwa dan rasa bangsa yang majemuk ini dengan pariwisata budaya, olah raga (Asian Games & Asian Para Games yang sukses), dan memberi inspirasi supaya orang Indonesia lebih optimis dalam menghadapi tantangan yang akan terjadi pada 2030.
Pemerintahan Jokowi dipuji di luar negeri, namun kurang diapresiasi oleh para elite di negeri ini. Kabinet Kerja era Jokowi JK memang bukan para malaikat yang bisa membuat keajaiban. Mungkin ada menteri di era Jokowi yang mulanya biasa saja - bahkan tidak tamat SMA - namun punya visi dan keberanian untuk "menenggelamkan" kapal asing yang melakukan illegal fishing. Lalu Indonesia dapat apa?
Memasuki tahun ke 5 pemerintahan Jokowi JK berada pada tahun politik yang panas, misalnya kasus hoax, kritikan tanpa data kuat, dan peristiwa unik lainnya, apalagi Jokowi adalah patahana. Jokowi JK memang tetap bertekad untuk terus menyelesaikan program kerja mereka.
Empat tahun ini Indonesia telah mendapatkan banyak manfaat dari kinerja Jokowi JK, ada yang bisa dinikmati saat ini, maupun yang hasilnya akan terasa besar manfaatnya beberapa tahun lagi. Untuk membangun sebuah negara yang luas dan majemuk memang tidak mudah. Membangun bukan hanya dengan kata-kata. Kalau begitu, apakah Jokowi berhak untuk lanjut 2 periode?
0 Comments
Leave a Reply. |
|