Rudi S. Kamri sebagai penulis produktif punya kepedulian tinggi pada masalah politik dan sosial, apalagi setelah Indonesia juga terpapar wabah global yang terkenal dengan nama Virus Corona atau nama baru yang diluncurkan WHO, yaitu Covid-19.
Wabah ini memang membuat cemas jutaan orang, meskipun ada pula orang yang sempat meremehkan mala petaka yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat secara ekonomi, budaya dan tentu saja secara politik. Kali ini Rudi S. Kamri akan menelaah aspek lain yang patut pula dicermati yaitu tentang Corona Prikosomatik. Penjelasan Rudi yang gemar berbusana Batik sebagai kebanggan nasional ini membahasnya untuk kita semua.
Corona Psikosomatik Sedang Merajela
Oleh: Rudi S Kamri
Psikosomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika kecemasan pikiran memengaruhi tubuh, hingga memicu munculnya keluhan fisik. Pada umumnya, psikosomatik bisa diartikan sebagai penyakit atau keluhan fisik yang disebabkan maupun diperburuk oleh pengaruh faktor mental pada diri seseorang. Psikosomatik biasanya berawal dari masalah psikologis, seperti takut, stres, depresi, atau cemas.
Nah menurut pengamatan saya saat ini sedang merajalela gejala psikosomatik yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia akibat penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus corona atau istilah saya "corona psikosomatik". Fenomena psikologis ini sangat wajar terjadi karena paparan informasi tentang korban corona yang berjatuhan masuk secara masif dan bertubi-tubi ke otak kita dari seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Mungkin corona psikosomatik ini tidak saja terjadi di Indonesia tapi hampir pasti terjadi di seluruh dunia. Kecepatan meluasnya gejala corona psikosomatik diamplifikasi oleh paparan berita dari media mainstream maupun media sosial yang masif menerjang otak manusia di bumi ini termasuk di Indonesia.
Celakanya gejala corona psikosomatik menyebabkan menurunnya kondisi tubuh yang berdampak pada turunnya imunitas atau kekebalan tubuh. Dan pada saat kondisi tubuh drop otomatis kita menjadi semakin rentan terpapar oleh virus corona yang ganas menerjang. Ini yang menyebabkan korban corona semakin hari semakin bertambah.
Tentu saja korban paparan Covid-19 bukan semata disebabkan oleh corona psikosomatik saja. Paparan virus corona secara langsung atau tidak langsung masih merupakan penyebab utama. Namun terjadinya corona psikosomatik menurut saya juga mempunyai kontribusi besar dalam bertambahnya korban.
Lalu bagaimana cara kita terhindar dari kecemasan yang berlebihan akibat corona? Yang paling utama adalah pahami secara baik apa itu Covid-19. Pelajari dan kenali dengan baik jenis virusnya, bagaimana penyebarannya dan bagaimana upaya pencegahannya. Cari informasi valid tentang Covid-19 dari sumber resmi yang terpercaya. Jangan serta merta percaya postingan dari media khususnya media sosial yang banyak berisi informasi yang menyesatkan.
Ikhtiar perilaku hidup bersih dan sehat serta menghindari potensi penyebaran virus corona ditambah dengan kekuatan doa yang berserah kepada Tuhan Sang Penguasa Alam dan Kehidupan, menurut saya merupakan cara yang ampuh untuk kita terhindar dari corona psikosomatik. Selain itu optimisme bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan penyebaran virus corona ini dapat dihentikan juga obat mujarab agar kita tidak terkena sindrom corona psikosomatik.
Saya bukan dokter, psikiater atau juga psikolog. Tulisan ini berdasarkan literatur yang saya baca serta merupakan analisis pribadi melihat fenomena yang terjadi di sekitar kita. Bagi para profesional medis atau psikologi bisa melengkapi paparan saya atau mengkoreksi pendapat dan analisa saya kalau salah.
Menghadapi penyebaran virus corona yang menggila kita memang harus waspada tapi jangan menjadi panik atau cemas yang berlebihan. Kita sedang perang, sebagian dari kita pasti tumbang, tapi saya optimis kita pasti menang.
Insyaallah.
Salam Indonesia Sehat
25032020
Pada tayangan ini ada komentar warga tentang siapa kepala daerah di Indonesia yang dianggap memiliki prestasi paling tinggi dalam pencegahan dan kebijakannya dalam menangani wabah Covid-19. Apakah itu akan menjadi modal dalam Pilkada DKI Jakarta mendatang, bahkan pada Pilpres 2024? Silahkan saksikan dialog unik ini.
0 Comments
Leave a Reply. |
|