Pilkada Jakarta jika dihitung dari 21 Januari 2019 memang masih jauh, namun warga Jakarta dan warganet sudah membicarakan Tri Rismaharini alias Bu Risma sebagai calon gubernur DKI untuk menggantikan Anies Baswedan.
Di antara warga Jakarta tentu punya alasan tertentu untuk menampilkan Risma, Walikota Surabaya yang konon cerewet, galak, tegas dan cerdas ini dalam menata kota. Dikatakan pula bahwa Bu Risma pandai menata kota bukan menata kata. Gayanya yang galak pada sesuatu yang melanggar aturan mirip seperti galaknya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang kini lebih senang dipanggil sebagai BTP. Ahok yang sudah pergi bareng Presiden Jokowi ke Uni Emirat Arab untuk urusan Pertamina ini juga masih jadi bahan omongan karena kiprahnya sebagai DKI 1 bersama Djarot.
Tri Rismaharini, Walikota Surabaya bersama Ahok ketika masih sebagai DKI 1. (beritatagar.id). Prabowo Subianto Ketua Umum GERINDRA bersama Zulkifli Hasan Ketua Umum PAN. Apakah tahta DKI 2 akan disandingkan dengan PAN atau GERINDRA? (bisnisjakarta.co.id)
Menentukan pasangan calon Kepala Daerah dengan partai berbeda memang tidak mudah. Ada banyak pertimbangan unik yang harus diputuskan. Ciri khas Indonesia antara lain adalah latar belakang agama, ideologi, dan hal-hal yang berbagu primordial lainnya, yang biasanya dibungkus dengan istilah visi serta misi yang serupa.
Para elite politik lebih banyak lupa alias tidak begitu mau mendengar suara rakyat yang ada di akar rumput - tentang apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh warga suatu kota, kabupaten atau provinsi. Tarik ulur untuk "menyamakan" visi misi itu sering menimbulkan kehebohan yang menular sampai ke warga masyarakat, sehingga terjadi perbedaan pendapat yang tajam, bahkan mampu membuat gempar media sosial.
Jakarta telah mengalami peristiwa pahit, yang lebih pahit daripada daun legundi ini pada Pilkada 2017. Saat itu terjadi kegemparan politik yang dihebohkan dengan memaksimalkan isu SARA dan program yang tidak realistis, sehingga membuat warga Jakarta "terpaksa" menghadapi perdebatan keras bukan hanya dengan relawan pihak lawannya, juga dengan tetangga, keluarga, bahkan pasangan suami istri bisa "bertengkar" gara-gara beda pilihan, belum lagi terganggunya hubungan persahabatan.
Pada Pilkada Jakarta mendatang tentu kisah sedih dalam Pilkada Jakarta 2017 tidak perlu terjadi lagi dalam skala apapun. Karena itulah para elite politik bisa lebih bijak dalam menerima ide kampanye yang merusak Persatuan Indonesia yang berdasarkan Pancasila entah itu dari elite politik itu sendiri, ORMAS atau komunitas yang memiliki pandangan ideologi yang bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 yang berdasarkan Pancasila, dimana semboyan Bhineka Tunggal Ika seharusnya menjadi benang merah dalam berpolitik, berbangsa dan bernegara.
Semoga harapan indah yang diimpikan para pendiri bangsa ini bisa terwujud pada pesta demokrasi di Pilkada Jakarta yang akan datang.
Jika PDIP dan koalisinya mencalonkan Tri Risma Harini sebagai calon gubernur atau DKI 1 pada Pilkada mendatang, lalu siapa yang akan mendampingi Risma sebagai DKI 2? Apakah dari PAN atau GERINDRA?
Sambil menunggu perkembangan lebih lanjut, barangkali perlu disimak tayangan berikut ini. Siapa tahu para pembaca yang budiman akan mendapatkan inspirasi untuk masa depan Jakarta yang lebih keren.
Apakah anda punya calon yang mumpuni untuk Tri Risma Harini? Atau anda sudah tahu siapa pasangan Anies Baswedan pada Pilkada Jakarta yang akan datang?
0 Comments
Leave a Reply. |
|