Setelah banjir besar melanda Jakarta pada 1 Januari 2020, warga Jakarta dan sekitarnya menderita fisik dan psikis, perekonomian pun lumpuh. Distribusi barang dan jasa terhambat di jalur-jalur yang biasa dilalui truk logistik, jasa pengantar makanan dan sebagainya. Belum lagi penderitaan batin keluarga dengan tewasnya 3 warga karena tersengat listrik atau kena hiportemia di tengah banjir yang dingin.
Sementara itu warga terhenyak karena Gubernur Anies Baswedan menyatakan bahwa anak-anak senang atau gembira bermain di air banjir, yang diledek sebagian netizen sebagai kolam gratis.
Anies Baswedan juga ngotot ingin naturalisasi sungai untuk mengendalikan banjir di Jakarta, sedangkan Pemerintah Pusat atau Menteri PUPR Hadi Muljono meminta Anies untuk melanjutkan program normalisasi sungai yang sudah dilakukan oleh gubernur sebelumnya, baik Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok maupun yang sudah dilakukan Jokowi, bahkan oleh Bang Yos, begitu pula Fauzie Bowo alias Foke.
Menurut staf ahli Kementrian PUPR yang diwawancarai CNN Indonesia menyatakan, bahwa naturalisasi itu tidak salah, melainkan salah tempat karena Jakarta tidak memiliki lahan yang luas seperti di Kalimantan. Seorang ahli tata air juga mengatakan bahwa yang tepat untuk Jakarta adalah normalisasi sungai, sedangkan naturalisasi hanya bisa dilakukan di sungai atau kali yang di sekitarnya ada lahan luas seperti di Kalimantan, Papua dan daerah lain yang sungainya tidak diokupasi oleh ribuan manusia seperti yang terjadi di Jakarta, Bandung atau Surabaya.
Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR di hadapan para wartawan bareng Anies Baswedan, gubernur Jakarta beda pendapat soal cara pencegahan banjir (indonesiaparlemen.com). Bukan hanya warga biasa yang jadi "korban" banjir, penyanyi top Yuni Shara dan artis lainnya juga ada yang kena dampak banjir 1 Januari 2020 di Jakarta (jateng.idntimes.com)
Anies Baswedan mungkin "terikat" pada janji kampanye yang ogah menggusur warga dengan alasan kemanusiaan, namun Ahok bisa melakukan normalisasi dengan menggusur pemukiman ilegal di pinggir kali dan sungai dan memberikan warga kamar di Rusunawa dengan beberapa kemudahan. Setelah terjadi banjir, warga yang dahulu menolak pindah ke Rusunawa akhirnya menyesal karena sangat menderita di saat ada air sungai meluap di musim hujan.
Banjir bukan saja menimbulkan masalah sosial dan ekonomi, serta penderitaan psikologis bagi warga melainkan telah menjadi bumbu politik serta bahan omongan yang mengalir deras di berbagai media termasuk media sosial.
Jika Anies Baswedan tidak suka dengan segala ujaran para warganet tentang kebijakan yang dia ambil, ada baiknya Anies yang berpendidikan tinggi ini lebih mengutamakan keselamatan warga, sehingga lebih memilih kebijakan yang telah terbukti daripada mencoba ide baru yang ternyata hanya bisa dilakukan di daerah lain, yaitu bukan memaksakan naturalisasi yang hanya cocok dilaksanakan di Kalimantan atau Papua itu.
Anies Baswedan sebagai pria terpelajar yang lulusan luar negeri tentu bisa membedakan antara teori yang telah terbukti secara empiris (sukses dalam praktek), sehingga tidak perlu malu untuk melanjutkan program normalisasi sungai atau kali yang telah dilakukan bukan saja oleh Ahok, yang pernah menjadi lawan politik Anies Sandi ketika Pilkada 2017, ternyata program normalisasi ini memang harus dilanjutkan karena memang belum dituntaskan oleh para gubernur sebelumnya, baik oleh Ahok, Djarot, Foke maupun oleh Bang Yos. Program ini memang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat karena menyangkut upaya pembebasan lahan.
Menteri PUPR Hadi Muljono telah memeriksa keadaan banjir di beberapa titik di Jakarta, dan meminta supaya program normalisasi agar dilanjutkan. Anies bisa meniru gaya Jokowi ketika akan melakukan pembebasan lahan, apalagi Anies dikenal pandai merangkai kata, tentu ini merupakan nilai tambah. Pasti banyak staf, walikota serta pejabat di Pemprov Jakarta yang siap melaksanakan perintah Anies untuk program normalisasi.
Terlepas dari istilah naturalisasi atau normalisasi sungai, warga Jakarta juga ingin menikmati suasana lebih nyaman dan indah pada saat tahun baru dan dalam kehidupan sehari-hari lainnya seperti warga di Surabaya. Seorang walikota bernama Dr. Ir. Tri Rismaharini, M.T. atau lebih sering dipanggil dengan nama Bu Risma telah sukses membuat warga Surabaya happy dan dimanusiakan.
Lalu, apa pendapat warga tentang debat normalisasi sungai atau naturalisasi? Barangkali opini warga pada video ini menarik untuk disimak.
Apakah anda ikut bingung atau punya pendapat lain? Silahkan sampaikan opini anda pada kolom di bawah ini supaya pembaca lainnya ikut mendapat pencerahan.
0 Comments
Leave a Reply. |
|